1. Saudara-saudari— khususnya kalian orang Yahudi yang ada di kota Roma, saya mau mengingatkan sesuatu mengenai Hukum Taurat: Peraturan-peraturannya hanya berlaku selama manusia masih hidup.
2. Seperti seorang perempuan yang sudah menikah: Dia harus hidup bersama dengan suaminya selama suaminya itu masih hidup. Tetapi kalau suaminya mati, dia bebas dari peraturan pernikahan yang ada dalam Hukum Taurat.
3. Kalau perempuan itu kawin atau berhubungan seks dengan laki-laki lain sementara suaminya masih hidup, peraturan itu mengatakan bahwa dia berzina. Kalau suaminya mati, dia menjadi bebas dari peraturan pernikahan itu. Jadi, kalau perempuan itu menikah dengan laki-laki lain sesudah suaminya meninggal, dia tidak berzina.
4. Demikian juga Saudara-saudari, karena kita bersatu dengan tubuh Kristus, kita menganggap bahwa diri kita yang lama sudah mati bersama Dia. Dengan demikian kita sudah bebas dari kewajiban kita untuk hidup menurut Hukum Taurat. Dan kita juga menganggap bahwa diri kita bersatu dengan Dia ketika Dia dihidupkan kembali dari kematian. Dengan demikian kita dibebaskan supaya cara hidup kita memuliakan Allah.
5. Dulu kita manusia lemah karena dikuasai oleh keinginan-keinginan badani kita yang jahat. Memang Hukum Taurat mengingatkan kita untuk tidak berbuat dosa, tetapi justru peringatan itu membangkitkan keinginan kita untuk melanggar Hukum itu lagi. Karena dikuasai oleh keinginan itu, kita terus berbuat dosa yang menjerat kita ke dalam kematian roh dan jiwa kita.
6. Dulu kita terikat kepada Hukum Taurat seperti dalam ikatan pernikahan. Tetapi sekarang kita dibebaskan dari Hukum Taurat karena kita sudah menganggap diri kita mati. Jadi bukan lagi ikatan Hukum Taurat itu yang mengatur kita! Tetapi sekarang kita melayani Allah dengan cara baru menurut Roh Kudus— bukan dengan cara lama menurut peraturan-peraturan yang tertulis.
7. Mungkin ada di antara kalian yang menganggap bahwa saya bermaksud mengatakan, “Hukum Taurat itu tidak baik.” Maksud saya tidak seperti itu! Tetapi kalau Hukum Taurat tidak pernah ada, saya tidak akan pernah mengerti dan sadar akan dosa-dosa saya. Contohnya, kalau Hukum Taurat tidak menuliskan, “Kamu tidak boleh menginginkan milik orang lain,” saya tidak mengetahui bahwa saya bersalah waktu melakukan itu.
24-25. Jadi dahulu beginilah persoalan saya: Dalam pikiran, saya selalu ingin menjalankan semua peraturan dalam Hukum Taurat yang diberikan oleh Allah, tetapi karena keinginan-keinginan badani saya, saya masih diperbudak oleh kuasa dosa.Celakalah saya! Siapa yang akan menyelamatkan saya dari kuasa dosa yang ada di dalam tubuh saya dan yang menjerat saya kepada kematian rohani? Karena itulah saya sangat bersyukur kepada Allah karena semua yang sudah Dia perbuat bagi kita melalui Tuhan kita Kristus Yesus!