14. Begitu juga Bapamu yang di surga, Dia tidak menginginkan seorang pun dari anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya tersesat dan binasa.”
15. “Kalau saudara seimanmu bersalah kepadamu, pergilah secara pribadi kepadanya dan beritahukanlah kesalahan yang sudah dilakukannya. Kalau dia mengakui kesalahannya dan bertobat, kamu sudah berdamai kembali dengan saudaramu itu.
16. Tetapi kalau dia tidak mau mengakui kesalahannya, bertemu dengan dia lagi bersama satu atau dua orang saudara seiman yang lain. Hal itu dilakukan supaya seperti peraturan dari Hukum Taurat yang mengatakan, ‘Setiap masalah harus didukung oleh dua atau tiga orang saksi mata, barulah masalah itu bisa diputuskan secara resmi.’
17. Kalau dia masih menolak mendengarkan saksi mata itu juga, beritahukanlah hal itu kepada semua jemaat. Dan kalau dia tidak mau juga menerima nasihat jemaat, biarlah semua saudara seiman menjauhkan diri dari dia— sebagaimana orang Israel tidak berhubungan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah dan para penagih pajak.
18. Yang Ku-katakan ini benar: Setiap pintu yang jemaat kunci di bumi ini akan terkunci juga di surga, dan setiap pintu yang jemaat bukakan di bumi akan terbuka juga di surga.
19. Juga, Aku berkata kepadamu bahwa kalau dua orang atau lebih di antara kalian bersehati meminta sesuatu dalam doa, maka hal itu akan dilakukan oleh Bapa-Ku yang di surga.
20. Karena apabila dua atau lebih dari kalian berkumpul dan berdoa dengan alasan supaya nama-Ku dimuliakan, berarti Aku juga berada di situ di antara kalian.”
21. Lalu Petrus mendekati Yesus dan bertanya, “Tuhan, kalau saudara seiman saya terus melakukan kesalahan kepada saya, sampai berapa kali saya harus memaafkan dia? Apakah cukup tujuh kali?”
22. Jawab Yesus, “Tujuh kali? Bukan. Tujuh puluh tujuh kali? Bukan. Tetapi selalu memaafkan tanpa menghitung-hitungnya.
23. “Biarlah Aku menjelaskan kenapa Aku menjawab seperti itu: Keadaan di antara saudara-saudara seiman dalam kerajaan Allah adalah seperti cerita ini: Pada suatu hari ada seorang raja yang mau membereskan perhitungan uang yang dia pinjamkan kepada pegawai-pegawainya.
24. Waktu perhitungan itu dimulai, ada seorang pegawai yang mempunyai utang ratusan ribu kilogram emas. Dan pegawai itu dibawa menghadap raja.
25. Tetapi pegawai tersebut tidak mampu membayar utangnya. Jadi raja memerintahkan para tentaranya supaya pegawai itu, istrinya dan anak-anaknya serta semua hartanya dijual. Lalu uang hasil penjualan itu dipakai untuk membayar utangnya itu.
26. “Jadi pegawai itu sujud di hadapannya dan memohon, ‘Ya, Tuan, sabarlah dulu! Saya akan membayar semua utang saya!’
27. Hati raja pun tersentuh dan merasa kasihan kepadanya, sehingga dia dan keluarganya dibebaskan dan semua utangnya pun dihapuskan.